:::: MENU ::::

Sebuah blog yang berisi karya absurd dari seorang maestro yang gagal lolos ke BBM2k17

  • Ngobrolin DAK yukk?! KLIK DISINI

  • Inspirasi bikin foto yang unik dan nyeleneh?? Klik Disinii!!

  • PERUSAHAAN YANG DIHUJAT SETELAH GANTI LOGO, Klik disini!!

Jumat, 16 Oktober 2015

Adat kebudayaan yang beraneka ragam di Indonesia khusunya yang ada di kabupaten Bojonegoro memang sangat beragam, diantara ragam tradisi itu masih ada  tradisi atau adat kebudayaan yang masih lestari di desa atau perkampungan, apalagi di daerah desa yang ikatan tradisi dan adat nya masih kental. Tradisi sedekah bumi (manganan) atau ada juga yang menyebutnya dengan nyadran yang pelaksanaannya di setiap desa berbeda, ada desa yang menyelenggarakan manganan dengan corak nenek moyang yang dahulu menganut kepercayaan Animisme dan Dinamisme ada juga yang menyelenggarakan dengan corak Islami atau dengan hasil akulturasi antara kebudayaan nenek moyang dengan ajaran Islam, manganan yang dilaksanakan dengan corak asli dilakukan dengan menggunakan sesaji sedangkan manganan yang dilakukan dengan cara Islami biasanya disisipi pengajian. Dalam artikel ini akan dibahas bagaimana sedekah bumi (manganan) sebagai tradisi peninggalan nenek moyang di tengah-tengah keadaan masyarakat modern nan kritis ini dan juga bagaimana perkembangan tradisi sedekah bumi (manganan) sebagai tradisi yang masih melekat di masyarakat Bojonegoro ini.

Para Ibu Yang Sibuk Tengah Mempersiapkan Jajanan Sedekah Bumi. Courtesy : http://blokbojonegoro.com

Sejarah tradisi manganan ini berasal dari generasi terdahulu, khususnya masyarakat petani yang bersyukur atas hasil panen. Ciri khas perayaan manganan adalah umumnya diadakan di tempat yang dianggap keramat. Tujuan dari pelaksanaan tradisi manganan adalah mengucapkan syukur atas karunia Tuhan dari hasil panen, memohon agar desanya terhindar dari bencana dan penyakit dan memohon agar panen selanjutnya melimpah. Tetapi karena saat ini mayoritas masyarakat menganut agama Islam yang melarang menyembah tuhan selain Allah S.W.T, jadi sekarang tradisi manganan disisipi panjatan do’a kepada Allah S.W.T, karena diyakini bahwa nenek moyang dulu masih menganut Animisme dan Dinamisme. Tetapi kebanyakan desa di Bojonegoro masih menyelenggarakan manganan seperti yang nenek moyang dahulu yaitu dengan mengucap mantra-mantra dan memberi sesaji. Masyarakat desa berdalih karena untuk melestarikan tradisi persis dengan nenek moyang terdahulu agar tradisi tersebut tidak luntur. Hal itulah yang membuat banyak orang, khususnya orang yang paham dengan ilmu agama meragukan tradisi manganan sebagai tradisi yang masih harus dilestarikan khususnya di daerah Bojonegoro ini, karena tentu saja hal tersebut bertentangan dengan ajaran Islam yang mengajarkan bahwa hanya Allah S.W.T sebagai tuhan yang patut disembah tetapi melakukan manganan dengan menggunakan sesaji yang ditaruh di tempat keramat sama saja mempersekutukan Allah.
            Penyelenggaraan manganan di suatu desa berbeda dengan desa yang lain meskipun dengan tujuan yang sama, sebagai contoh : manganan di desa A dilakukan di tempat yang dianggap keramat atau memiliki kekuatan magis seperti kuburan, sumur tua, sendang, pohon tua, dll dengan menaruh sesaji yang diletakkan di tempat tersebut lalu ada tokoh desa yang memimpin ritual biasanya dengan mengucap mantra dalam bahasa daerah yang bermakna memohon keselamatan desa dan keberkahan bagi desa, setelah itu akan diadakan pagelaran wayang atau pementasan tari tayub, sedangkan pelaksanaan manganan di desa B dilakukan di musholla atau masjid, di tengah-tengah ritual manganan di desa ini masyarakat membaca doa-doa syukur kepada Allah. Dengan ilustrasi sederhana tersebut, dapat dilihat perbedaan dalam pelaksanaan tradisi manganan ini walaupun sebenarnya kedua masyarakat desa itu memiliki kesamaan budaya, kepercayaan dan berada dalam satu daerah, lalu apakah yang menyebabkan perbedaan tata pelaksanaan ritual manganan ?. Jika diselidiki dari tradisi manganan di masa lampau dan perkembangannya, sebenarnya peran wali songo yang menyebabkan perbedaan pelaksaan tradisi manganan, wali songo menyebarkan agama Islam dengan mencampurkan tradisi yang sudah ada atau peninggalan agama Hindu dengan dicampur unsur Islami seperti sholawat dan doa-doa lainnya.


Manganan

Adat kebudayaan adalah cerminan identitas suatu daerah atau wilayah, pernyataan tersebut mengatakan secara tidak langsung bahwa apapun adat atau tradisi yang ada di daerah tersebut mencerminkan bagaimana keadaan atau sifat daerah itu. Hal itu berarti manganan sebagai salah satu budaya yang sampai saat ini masih dilestarikan adalah cerminan identitas kabupaten Bojonegoro. Mengingat fakta bahwa kebanyakan manganan dilaksanakan dengan cara non-Islami atau lebih condong ke arah Animisme seperti nenek moyang dahulu, apakah berarti identitas kabupaten Bojonegoro adalah kabupaten dengan kepahaman agama yang kurang ?. Tentunya sebagai warga Bojonegoro saya akan menyangkal kenyataan itu, tetapi tentunya kita tak mengubah sebuah tradisi yang telah mengakar kuat di masyarakat, apalagi hal ini bersangkutan dengan sistem kepercayaan.
Dengan mengabaikan sejenak pertanyaan pantas tidaknya tradisi manganan menjadi identitas kabupaten Bojonegoro, kita dapat menilik sisi positif dengan adanya tradisi manganan ini maupun itu dari nilai filosofis yaitu menghargai lingkungan. Hal itu sesuai dengan pendapat Eric R. Wolf tentang ketakutan petani terhadap kerusakan pada tanaman yang tengah digarapnya karena akan menimbulkan kerugian sehingga dengan adanya manganan ini, mereka mewujudkan rasa syukur atas hasil yang dipetik dari buah jerih payah para petani dengan adanya tradisi manganan yang menyatakan bahwa pandangan manusia terhadap alam disekitarnya diwujudkan dengan mereka berusaha bagaimana caranya agar alam yang memberinya penghidupan tersebut tidak rusak dan punah dimakan oleh bencana. Sehingga antara manusia dengan lingkungan terjadi ikatan emosional timbul oleh karena tindakan yang tersebut. Lalu dari nilai religius yaitu selalu bersyukur atas berkah yang telah diberikan Tuhan Yang Maha Esa, selanjutnya yaitu nilai sosial atau kemasyarakatan yaitu memupuk kebersamaan dan semangat gotong royong dengan adanya manganan semua warga desa turut hadir, bertemu dari yang semula belum mengenal hingga saling mengenal tentunya semua warga desa bergotong royong untuk menyiapkan ritual manganan ini ,lalu dengan diadakan manganan juga memberi pembelajaran saling berbagi berhubungan dengan sikap yang timbul ketika mereka menerima makanan yang telah dibagi adalah rasa senang. Apa pun yang telah mereka terima tetaplah menunjukkan rasa kebahagiaan. Bukan perasaan menggerutu terhadap makanan tersebut  karena mereka merasa kemampuan orang berbeda dalam mewujudkan makanan untuk ditukarkan dalam acara manganan.

Masyarakat dusun Gempol, desa Growok, kecamatan Dander, Bojonegoro - bojonegorokab.go.id

Tradisi yang bermacam-macam yang telah diwariskan nenek moyang sudah sepantasnya kita sebagai generasi penerus melestarikan tradisi tersebut, manganan sebagai sebuah tradisi yang memiliki aspek yang dipertanyakan mengenai cocok tidaknya manganan sebagai identitas Bojonegoro masih perlu dikaji lebih lanjut dan diperlukan tanggapan kritis dari warga Bojonegoro itu sendiri. Daripada secara paksa merubah sebuah tradisi yang mengakar kuat lebih baik merubah pemikiran dari pelaku tradisi itu sendiri, dalam artian warga desa yang kebanyakan melaksanakan manganan dengan cara non-Islami perlu diberi pemahaman lebih tentang melaksanakan tradisi dengan cara yang lebih baik. Dan seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa manganan memiliki banyak dampak positif jadi lebih baik menstruktur ulang tradisi manganan agar tradisi yang sarat manfaat ini menjadi identitas Bojonegoro yang tidak lagi diragukan ataupun dipertanyakan kebenarannya.

Rabu, 14 Oktober 2015

Assalamualaikum Wr. Wb, 

Heheheh.... :D Ketemu lagi nih sama Hatta-Tech, liat judul diatas kayaknya seru nih. hehehe apalagi dikota ane nih Bojonegoro, waduhhh.... ibarat Banjir udah menjadi setengah nafas Bojonegoro :D :v.

Oke... kalo kita fashback ke belakang, Kapan sih ? banjir terparah di Bojonegoro? Kalo menurut ane pribadi sih saat itu tahun 2007, tepatnya ane masih umur 7 tahun, masih bocah, waktu itu ane seneng banget dapet kolam renang gratis depan rumah :D heheheheh, saat itu ane seneng banget bisa jadi bajak laut diatas kapal buatan dari Debog (Batang Pohon pisang) waktu itu ane seneng banget bisa maenan sampe puas :D, Tapi.....saat malam mulai menjelang.....  Muncul deh tuh penyakit Diare... Rasaiin.. wkwkwkwk :D :v. Akhirnya Berawal dari sebuah episode itulah ane jadi ogah main main sama yang namanya Banjir.

Oke... Cukup basa basi nya... ini adalah cara cara yang mungkin bisa ampuh buat mengatasi masalah banjir di kota ini... yuk cekidot...:

1. Niat

Memang sih ya.. Kalo kita mau ngelakuin apa apa itu sebaiknya didasari dengan niat, niat buat ngebantu warga masyarakat Bojonegoro, bukan niat karena uang, niat karena dapet proyekan :D.

2. Masih Adakah Ruang Terbuka Hijau (RTH)?
Ruang terbuka hijau di kota Bojonegoro Sebennarnya Sudah ada sih, ambil contoh di Bojonegoro Square Alias Alun Alun Bojonegoro :D

Salah Satu Sudut Di Alun Alun Bojonegoro

Ada lagi di sekitar Bundaran adipura.

Bundaran Adipura

Dan juga satu lagi ada di dekat rel kereta api Gajah Mada, tepatnya di seberang jalan Warung Nasi Kucing Sukijan.


Dikutip dari kanalbojonegoro.com bahwa luasan RTH ideal pada suatu wilayah adalah 30% dari luas wilayah tersebut. 30% luasan ini terdiri dari 20% RTH publik dan 10% RTH Privat atau rumah tangga yang terdiri dari halaman warga. Sementara luasan RTH di Kabupaten Bojonegoro masih jauh dari kata ideal lantaran RTH publik Bojonegoro baru mencapai 8,5%. Maka dari itu untuk Pemerintah melalui DInas Pertamanan untuk lebih menambah RTH di Bojonegoro ini.
Tapi Jangan hanya pemerintah, bahkan kita pun bisa membuat RTH sendiri dirumah rumah :D.

3. Saluran Air Yang Mumpuni.


Saluran Air Di Jepang Yang Juga Digunakan Sebagai Tempat Wisata


Jika ditinjau dari kota kota lain, bahkan negara lain, kebanyakan masalah penyebab banjir adalah Kurang Berfungsinya Saluran Air atau saluran air yang tidak sanggup menahan banjir, biasanya terjadi apabila saluran pembuangan yang terlalu kecil, Nah disini masalah yang dialami kota ane adalah dekat dengan Sungai bengawan solo yang dimana setiap hujan deras sungai itu pasti meluap dan pasti kita mendapat kiriman air dari kota yang ada di dataran tinggi, Gimana nggak jadi masalah coba ? :’v , kita ada di dataran rendah jadi, air pasti turun lah, betul kan ?.


Pintu Air Buatan Jepang Untuk Mencegah Banjir


Maka dari itulah, pemkab bojonegoro harus mulai memperlebar gorong gorong, membuat saluran air bawah tanah seperti negara sebelah, Jepang, mereka membuat banyak sekali subway alias kereta bawah tanah, tapi kenapa negara mereka tak pernah mengalami banjir ? kenapa subway subway itu tak juga tenggelam air ?, itu karena di bawah subway itu ada banyak sekali saluran air yang sangat luas, yang memenuhi jepang, mulai dari bawah aspal, bawah gedung, dan semuanya terstruktur mengarah ke laut.


Sistem Pencegah Banjir Jepang


Tentu saja semua itu tidak dengan biaya yang murah, tidak dengan sekejap mata, tidak dengan das des set set wet, semua itu butuh proses, apalagi kucuran dana yang sukses :D :v

Saluran Air Raksasa Asal Jepang
4. Rajin Ngebersihin Saluran Pembuangan.


Petugas DKP Sedang Membersihkan Selokan


Jadi gini, Bojonegoro tidak akan pernah berhasil mengatasi banjir kalau rakyatnya hanya menggantungkan diri pada pemerintah, kalau hanya menggantungkan diri pada Dinas Kebersihan dan sepantaranya, Ayo, kita juga sebenarnya bisa ikut membantu barang hanya 1-2% saja, tiap hari tertentu kita membersihkan gorong gorong kita, selokan kita.

Bayangin nih, tiap Hari Jum’at yang katanya ada jum’at bersih itu, setiap desa melakukan kerja bakti dan sekali kali, masyarakat pedesaan bisa kembali ke hakikat masyarakat pedesaan yang sesungguhnya, yaitu Saling membantu, Gotong royong, dan sebagainya, tau kan kalian bagaimana masyarakat pedesaan saat ini ? mereka sudah mulai melangkah menuju masyarakat kota yang berorientasi pada diri sendiri, acuh pada sekeliling.


Mahasiswa Bersama Warga Kerja Bakti Membersihkan Selokan


Back To Pembersihan saluran, jadi fungsinya adalah untuk melancarkan aliran air yang masuk ke gorong gorong dan ini harus kita laukan secara berkala dan konsisten, seperti yang pernah diucapkan Pak Ali Fatikin ketika ane masih di smp2, yaitu “Greatness Comes From Consystency” yang artinya kurang lebih, Kehebatan berasal dari sikap konsisten, begitulah :D

5. Menanam Pohon Atau Tanaman Di Sekitar Rumah.


Warga Yang Menanam Pohon Di Pekarangannya


Sebenarnya ini adalah bagian dari RTH alias Ruang Terbuka Hijau, tapi karena ane pikir ini beda jadi ya, ane pisahin aja :D , sebenarnya masalah nyata yang dihadapi berbagai kota di Indonesia adalah sedikitnya permukaan tanah yang bisa menyerap air, solusinya adalah, menanam tanaman yang memiliki daya serap air tinggi, seperti Pohon Mangga, Tanaman Pacar Air, Duku, Kenanga, dll.
Bayangkan jika setiap rumah di lingkungan kalian punya minimal satu pohon itu, wah, Bisa dipastikan lingkungan kalian akan bebas banjir :D.



6. Melestarikan Hutan.

Ilustrasi Ayo Tanam Pohon

kalian akan merasakan begitu hebatnya jika hutan hutan disekitar bojonegoro tumbuh rindang, hutan adalah paru paru dunia, bagaiman jika paru paru kalian rusak ?, coba bayangkan jika air yang mengalir dari atas itu bisa ditampung hutan dan akhirnya tidak menggenang ke daerah Bojonegoro, itulah kekuatan Alam, yang dimana tak ada satupun yang menandinginya kecuali tuhan, Ngomong apa sih ? :v.
Jadi Intinya gini kawan kawan, kalo seumpama kita melestarikan hutan, menjaga hutan tetap berseri, Melakukan tebang pilih dan tebang tanam, reboisasi. Sebagai Info aja bahwa hutan mampu menyerap hingga 25% air hujan yang turun, sehingga mungkin ini lah satu satunya cara ampuh untuk mengurangi datangnya air hujan.


Warga Dan Pemerintah Sedang Melakukan Kegiatan Reboisasi


7. Mendirikan Bangunan Pencegah Banjir.


Bendungan Gerak

Sebenarnya Bojonegoro sudah mempunya beberapa bendungan dan waduk diantaranya Bendungan Gerak dan Waduk Pacal, yang kurang adalah Kanal, Kanal adalah sungai buatan yang langsung mengarah ke laut, tapi lagi lagi hambatannya mungkin adalah Dana :v.
Waduk Pacal

8. Membuat Sumur Resapan.
Pembuatan Sumur Resapan
Sumur Resapan sendiri adalah sarana untuk menyerap dan menampung air hujan dan mengalirkannya ke tanah. Fungsi dari sumur resapan ini aslinya adalah membantu penyerapan air hujan, membantu Siklus air kembali ke keadaan semestinya. Menghindari air menggenang yang kemudian menjadi banjir. Membuat Sumur resapan bisa sampai kedalaman 2 meter atau jika sampai lapisan pasir,


Pembuatan Sumur Resapan Yang Baik


9. Lubang Biopori
Cara Kerja Lubang Biopori

Lubang biopori sendiri mungkin adalah teknologi tepatguna yang murah meriah, teknologi ini membuat air mudah untuk meresap ke tanah, membuatnya pun cukup gampang sebetulnya, kita lubangi tanah dengan diameter 10 cm dan kedalaman     + 100 cm, lalu kita taruh paralon yang tutupnya sudah kita lubangi, selain paralon juga bisa menggunakan media batu bata, jadi lubang biopori yang terbentuk berbentuk Persegi dan bukannya Lingkaran :D.

Lubang Biopori Dari Bata dan Lubang Biopori Yang Di Taruh Sepanjang Jalan
10. Pengerukan Sungai Sungai
Pengerukan Sungai

Kebanyakan sungai meluap adalah karena dangkalnya dasar sungai, dan banyak sampah tertimbun dibawah aliran sungai. Dulu sungai dapat menampung debit air yang banyak tapi sekarang, banyak sampah menimbun, membuat sungai menjadi dangkal, Cara satu satunya adalah dengan Proyek Pengerukan Atau Pendalaman sungai, dengan cara Mengorek semua Lumpur & sampah yang membuat sungai dangkal, Jika cara ini dilakukan, sudah barang pasti kalo Bengawan Solo dapat menampung debit air yang lebih banyak.

11. Ganti Aspal Menjadi Paving.
Jalan Raya Paving
Ini adalah cara yang mungkin sudah diterapkan Kang Yoto, yaitu penggunaan paving sebagai pengganti aspal, dengan paving, air hujan yang turun dapat langsung terserap ke tanah, dan juga paving ini cukup Fleksibel, apabila ada jalan paving yang rusak atau berlubang, maka warga sekitar dapat mengganti dengan 1-2 paving yang rusak itu, dan tidak peru biaya mahal untuk penambalan aspal.
Pembuatan Jalan Paving Di Luar Negeri
Alat Pembuat Jalan Paving Otomatis ,TIGER STONE

















Dikutip dari salah satu Forum di kaskus bahwa Di Negara berkembang seperti Amerika serikat telah diluncurkan jalan yang menggunakan photocatalytic cement, sebuah cara paving permukaan terbaru. Jalan ini mengandung partikel nano dari titanium dioksida. Dengan partikel ini, jalan tersebut mampu "memakan" asap dan menghapus gasnitrogen oksida dari udara. Selain itu, lebih dari 60 persen sisa kontruksi bisa didaur ulang, Sangar Nggak Tuh ? :D



12. Buang Sampah Pada Tempatnya
Anak Kecil Aja Bisa, Masa Kalian Nggak?!

Setidaknya cara inilah yang bisa dilakukan Warga Bojonegoro untuk mengurangi tingkat banjir di kota ini, pelan, namun pasti, yuk mari, kita buat ini sebagai kebiasaan, mulai dari langkah kecil, yaitu jangan buang sampah di sungai, kalo kalian sedang jalan-jalan dan kemudian kalian tidak menemukan sampah, coba untuk menyimpan dulu bungkus makanan itu.
Yok, Kita mulai untuk niat dari diri sendiri untuk menghilangkan kebiasaan “buang sampah sembarangan” yang sudah mengakar ini. Ayo kita cabut bersama pohon kebiasaan buruk ini hingga ke akar-akarnya.
Jika membuang sampah sembarangan dikenai hukuman, ini tidak akan membuat masyarakat jera ataupun takut, Justru harus kita ubah, dari Norma Hukum menjadi Norma sosial, membuat masyarakat membuang sampah sembarangan menjadi malu, STOP BUANG SAMPAH DI BENGAWAN SOLO -Sekedar buang hajat diperbolehkan- :v .
Keep Kalem aja broo,...


Dan yang Terpenting adalah SIKAP SADAR LINGKUNGAN.

Warga Bojonegoro, mari kita STOP Nyampah di bengawan solo, Stop Mbuwak sampah sembarangan, Mbuwak sampah sembarangan itu nggak Matoh guys... :D hehehhe...

#STOP_MBUWAK_SAMPAH_SEMBARANGAN
#MBUWAK_SAMPAH_SEMBARANGAN_IKU_GAK_MATOH
#WONG_JONEGORO_GAK_MBUWAK_SAMPAH_SAK_NGGON_NGGON



Oke, itulah dari ane Hatta Maulana , Wassalamualaikum Wr, Wb.

Senin, 12 Oktober 2015



Pada masa sekarang ini, pendidikan merupakan suatu kebutuhan primer. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan. Masyarakat mulai berlomba untuk mengenyam pendidikan setinggi mungkin. Pemerintah pusat maupun daerah kini juga banyak yang melakukan gebrakan dengan mengadakan program kerja nyata. Contoh kecil saja, yaitu program pendidikan yang diadakan oleh pemerintah daerah, salah satunya di daerah Kabupaten Bojonegoro.
            Untuk menekan angka putus sekolah, Pemkab Bojonegoro membuat suatu program gebrakan, yaitu program “Ayo Sekolah”. Program ini dibuat karena adanya bentuk keprihatinan pemerintah Kabupaten Bojonegoro terhadap anak-anak usia sekolah yang tidak bisa sekolah, banyak pula diantaranya yang sudah sekolah tapi ujung-ujungnya pendidikan tersebut putus di tengah jalan. Dari beberapa faktor yang melandasi masalah-masalah tersebut, salah satu faktor pokok yang menyebabkan masalah itu adalah faktor ekonomi.
            Meskipun pemerintah pusat sudah  memberikan bantuan melalui Bantuan Operasional Sekolah (BOS), tetapi hal itu masih belum mampu menyentuh program wajib belajar 12 tahun. Gerakan “Ayo Sekolah” ini bukan hanya sekedar program, tetapi juga program kerja nyata yang ditempuh oleh Pemkab Bojonegoro dengan memberikan bantuan berupa dana kepada anak-anak usia sekolah. Khususnya adalah anak-anak usia 7-18 tahun. Dana alokasi Khusus (DAK) pendidikan diorientasikan untuk anak-anak usia sekolah SMA sederajat dengan besaran Rp500.000,- dan ditahun 2016 mendatang akan ditingkatkan menjadi Rp2.000.000,-
Kang Yoto
Gerakan “Ayo Sekolah” ini diresmikan oleh Bupati Bojonegoro, Drs. H. Suyoto di Pendopo Kecamatan Dander, Senin 15 Juni 2015. Launching tersebut dihadiri oleh Wakil Bupati Bojonegoro, Drs. H. Setyo Hartono, MM, Farum Komunikasi Antar Umat Beragama Bojonegoro, Muspika, tokoh masyarakat, dan jajaran dinas pendidikan serta seluruh Kepala Desa di wilayah Kecamatan Dander. Selain melakukan Launching, Kang Yoto juga menyerahkan bantuan berupa seragam sekolah kepada dua orang perwakilan anak putus sekolah di Kecamatan Dander.
            Kang Yoto  menyebutkan DAK bidang pendidikan ini adalah bentuk apresiasi kepada anak-anak di Bojonegoro yang masih ingin melanjutkan ke jenjang sekolah tapi terbentur ekonomi. Bukan hanya itu saja, Bupati memerintahkan kepada Para Kepala Desa untuk memberikan bantuan berupa seragam, sepatu dan peralatan sekolah kepada anak-anak dari keluarga tidak mampu. Pemerintah desa juga memiliki kewajiban yang sama untuk turut serta membantu anak-anak ini kembali bersekolah. Hal ini dilakukan agar anak-anak yang tidak sekolah mampu bersekolah, dan anak-anak yang tengah menempuh jenjang pendidikan tidak sampai putus sekolah ataupun Drop Out. Selanjutnya adalah meningkatkan relevasi kualitas pendidikan baik yang berupa out put dan out came.


            Ayo semangat bersekolah! Tidak ada alasan lagi untuk tidak melanjutkan pendidikan. Mari kita jadikan negeri ini menjadi negeri yang kaya dengan sumber daya manusia yang berkualitas. Mari kita bangun negeri ini menjadi negeri yang lebih baik, bahkan sangat lebih baik dari sekarang. Kalau bukan kita, siapa lagi? Kalau bukan sekarang, kapan lagi?
A call-to-action text Contact us